Sydney - Karir atlet tidak hanya bisa tamat karena dia terlibat pengaturan skor atau menggunakan doping. Sembrono dalam menggunakan social media pun bisa mengancam karier atlet.
Hal
tersebut diungkapkan perenang Australia Geoff Huegill. "Lupakan
penggunaan obat-obatan di olahraga, dan bahkan pengaturan skor. Social
media memiliki potensi untuk menghancurkan karir atlet dan merusak
reputasi dari negara asal dia," tulis Huegill dalam kolom di Sydney Daily Telegraph.
Seperti kebanyakan public figure, para olahragawan juga menggunakan social media untuk mengekspresikan ide-idenya serta berkomunikasi lebih intens dengan para penggemar.
Namun terkadang mereka sembrono. Sudah banyak kasus yang membuat seorang olahragawan terkena sanksi akibat mem-posting pesan-pesan yang terlalu keras lewat twitter mereka.
"Kami
semua prihatin dengan risiko bahwa hal tersebut bisa menghancurkan
reputasi atlet dalam sekejap sejak mereka (atlet) menekan tombol
'send'," lanjut Huegill.
"Semua bisa dimulai ketika atlet
mengeluarkan uneg-unegnya, namun secara tiba-tiba semua bisa menjadi
bola salju dan tak bisa dikendalikan lagi dan memicu kehebohan media,"
lanjut peraih perak gaya 4 x 100 meter medley di Olimpiade Sydney itu.
Huegill
juga menilai peraturan dari komite olimpiade internasional (IOC)
mengenai penggunaan social media, yang dia sebut sebagai monster, sejauh
ini masih belum tegas. "Situasinya benar-benar abu-abu. Bagaimana di
dunia ini ofisial dan otoritas bisa mengontrol monster ini?" ujar
perenang spesialis gaya kupu-kupu itu.
Huegill berharap agar para rekan sejawatnya benar-benar berhati-hati dan tidak ceroboh dalam menggunakan social media.
"Untuk semua atlet yang merupakan pengguna aktif Twitter, satu-satunya
saran saya adalah Anda benar-benar berpikir dahulu sebelum menekan
tombol 'send'."
"Apa yang merupakan sesuatu yang membuat sebal
atau sebuah lelucon mungkin bisa menyakiti pihak lain. Namun yang lebih
penting, itu bisa menghancurkan mimpi Anda di Olimpiade," pungkasnya.
Dikutip dari Reuters, sejauh ini IOC memberikan panduan bahwa atlet yang menggunakan social media dihimbau untuk "mem-posting, menulis di blog, dan men-tweet pengalaman mereka selama di Olimpiade". Himbauan ini dimaksudkan untuk Olimpiade 2012 di London.
Mereka
juga dibatasi untuk menuliskan sesuatu dengan sudut pandang orang
pertama atau dengan format seperti buku harian. Mereka juga dilarang
melaporkan event dengan gaya penulisan jurnalistik dan harus memastikan
pesan-pesan yang dipublikasikan tidak boleh mengandung konten yang
vulgar atau porno, baik itu berupa kata-kata atau pun gambar.
Seluruh
aktivitas yang dilakukan di social media harus menghormati Piagam
Olimpiade yang melarang demonstrasi terkait isu politik. Siapa pun yang
melanggar peraturan tersebut, maka akreditasi Olimpiade akan dicabut
yang berarti secara otomatis membuat mereka didiskualifikasi dari
kejuaraan.
http://www.yiela.com/view/1914302/social-media-bisa-mengancam-karir-atlet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar